Monday, September 18, 2017

Insiden Jembatan Marco Polo, Insiden Sepele Yang Mengawali Perang Besar

Tentara Jepang berpose didepan suatu tugu di kota Wanping
setelah keberhasilan mereka memukul mundur China.

Tentara China diatas genteng rumah-rumah 
warga di kota Wanping.

Tentara Jepang menyebrangi Jembatan Marco Polo.

Jepang pada dasarnya adalah negara Imperialis, seperti negara-negara Eropa pada umumnya, dimana mereka menghendaki penjajahan
dan perluasan daerah kekuasaan. Semakin luas wilayahnya, semakin makmur pula negaranya, begitulah pemikiran orang-orang jaman dahulu. Meskipun mereka masih serumpun, tetapi kenyataannya sejak zaman samurai, China dan Jepang tidak pernah berteman dengan baik. Dan bukan rahasia lagi bahwa Jepang sudah berambisi menguasai wilayah China sejak ratusan tahun yang lalu.

Beberapa perang terbesar dalam sejarah Jepang selalu melibatkan China sebagai musuh mereka. Faktanya, dari zaman pra-sejarah pun
kedua bangsa ini tidak pernah akur. Contohnya perang pertama antara China dan Jepang terjadi pada priode Yamato, tepatnya pada tahun 663 Masehi, Jepang menelan kekalahan pahit yang menyakitkan. Dan sekitar 1000 tahun kemudian, Jepang dan China kembali larut dalam perang yang berdarah-darah. Armada Jepang saat itu juga sering mencegat dan melakukan perompakan di laut China Timur untuk menghancurkan jalur perdagangan dinasti China.

Pada masa modern, Jepang kembali mencoba merebut wilayah China, contohnya pada Perang Sino-Jepang Pertama yang terjadi pada 1894-1895, Perang Dunia Pertama, dan yang paling brutal dan paling berdarah, Perang Sino-Jepang Kedua. Perang Sino-Jepang Kedua menjadi perang antara Jepang dan China yang paling akbar, 
dan (semoga saja) yang terakhir.

Perang besar ini berawal dari sebuah insiden kecil yang saat ini disebut Insiden Jembatan Marco Polo, atau Insiden 7 Juli. Jembatan Marco Polo,  atau yang juga disebut Jembatan Lugou, adalah sebuah jembatan batu granit yang menjembatani sungai Yongding di distrik Fengtai, sekitar 15 Km dari pusat kota Beiping (Beiping = nama lain dari kota Beijing). Jembatan ini dibangun pada tahun 1100-an, awalnya diberi nama Lugou, tetapi namanya diganti pada tahun 1300-an dengan nama yang diambil dari nama penjelajah terkenal dari Venisia, Marcopolo, yang konon berteman baik dengan kaisar China saat itu sehingga sangat dihormati oleh kalangan orang China.

Jembatan Marco Polo adalah salah-satu tempat paling strategis di China. Pasalnya, jembatan ini adalah satu-satunya jalan masuk ke kota Beiping. Saking strategis dan berharganya jembatan ini, bangsa-bangsa pedagang kolonialis lain di China sampai berebut untuk menguasai jembatan ini. Saat itu para pendatang barat lebih berkuasa dari kaisar China itu sendiri, sehingga pribumi China sendiri merasa resah dan akhirnya melakukan perlawanan. Perlawanan ini terjadi disekitar taun 1900-an, didalangi oleh perkumpulan para atlet seni bela diri dari China yang disebut Yihequan, atau "Boxer" dalam terminologi orang Barat. (Sehingga peristiwa pemberontakan ini disebut dengan Pemberontakan Boxer) 


Poster sarkastik oleh Dinasti Qing yang menggambarkan 
China sebagai kue pie yang menjadi rebutan banyak orang.

Sayangnya, para pemberontak kalah dan pemerintah dinasti Qing China pun harus menandatangani perjanjian yang isinya adalah mengizinkan beberapa negara barat, termasuk Jepang juga, untuk mendirikan barak militer disekitar Jembatan Marco Polo. Dan tentunya juga mengizinkan untuk menempatkan pasukan-pasukan mereka disana. Pasukan-pasukan asing yang ditempatkan disana juga mendapatkan hak untuk melakukan kegiatan latihan seperti baris-berbaris dan simulasi perang, tetapi harus dengan izin tertulis yang dikeluarkan oleh pemerintah lokal terlebih dahulu.

Umumnya, negara lain yang termasuk dalam perjanjian tersebut hanya menempatkan beberapa-ratus pasukan mereka saja, lain halnya dengan Jepang yang menempatkan hampir 15.000 personil pasukannya di sekitar jembatan ini. (Pasukan Jepang yang berada ditempat kurang lebih berjumlah satu brigade infanteri, yang terdiri dari resimen artileri, unit kavaleri dan unit tank yang mempunyai sekitar 17 tank kelas ringan, termasuk juga 2 resimen infanteri yang ditempatkan di pinggiran kota Beiping dan Tianjin)

Kota Wanping sendiri adalah kota kecil yang terletak tepat di ujung jembatan Marco Polo, kota ini diberi tembok yang menutup seluruh bagian luar kota dan  hanya mempunyai 2 gerbang masuk. Kota Wanping saat itu sangat strategis karena menjadi satu-satunya jalan masuk ke Beiping. (Kota ini konon pada zaman dahulu digunakan sebagai persembunyian para kaisar China saat perang atau semacam itu. Well, Wanping sebetulnya terlalu kecil untuk dikatakan sebagai kota, dan lebih mirip benteng pertahanan)

Hubungan China dan Jepang saat itu bisa dibilang cukup baik, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sampai pada tahun 1931, Jepang mulai menunjukkan wajah asli mereka. Tepat pada 18 September 1931, Jepang menyerbu Manchuria dan hanya berselang 5 bulan saja, Manchuria sudah menjadi negara boneka Jepang. Sejak itu, pemerintah China mulai mengawasi gerak-gerik Jepang. Yang pada akhirnya pihak partai Komunis dan Kuomintang (partai Nasionalis China) sepakat untuk menghentikan perang saudara yang sudah berlangsung sejak tahun 1927, dan bersatu melawan musuh bersama, Jepang. (Tetapi nantinya perang saudara tersebut kembali pecah setelah Jepang menyerah pada 1945. Perang Saudara China berlangsung sampai Mei 1950 dengan kemenangan pada pihak Komunis, Komunis pun akhirnya menjadi ideologi utama di China. Sedangkan partai Kuomintang diusir ke Taiwan. Di Taiwan, Kuomintang langsung mendeklarasikan kemerdekaan dan mengatur pemerintahan baru dibawah Chiang Kai-Shek. Sekiranya begitulah sejarah singkatnya)

Pada malam hari 6 Juli 1937. Jepang menggelar kegiatan latihan simulasi perang disekitar jembatan Marco Polo, tanpa memberikan informasi kepada pemerintah setempat. Sekitar pukul 23.00, beberapa pasukan patroli China disekitar Wanping terkejut dan mengira Jepang akan melakukan serangan mendadak. Salah seorang dari mereka pun memberikan tembakan peringatan ke arah pasukan Jepang dengan maksud memberikan aba-aba untuk menyuruh mereka berhenti melakukan kegiatan tersebut. Warga sipil di sekitar tempat kejadian pun panik. Alih-alih memberi tembakan peringatan, Jepang malah membalas tembakan tersebut. Kedua belah pihak pun saling membalas tembakan selama beberap jam, tetapi Jepang dengan segera menarik mundur pasukan mereka. untungnya tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Kecuali seorang serdadu Jepang yang bernama Shimura Kujiro, yang tidak segera melapor, dan lalu dinyatakan hilang. 

Mayor Kiyano Ichiki melaporkan hilangnya serdadu tersebut ke petinggi militer Jepang. Ia menuduh warga sekitar-lah yang menculik orang mereka. Sekitar jam 24.00-01.00, kolonel Renya Mutaguchi, komandan resimen setempat, menghubungi markas pasukan kolonel Ji Xingwen untuk meminta izin memasuki Wanping untuk mencari serdadunya yang hilang. Tetapi permintaan ini ditolak. Ia lalu kembali menghubungi jenderal Qin Dechun, wakil dari komandan pusat 29th Route Army. Tetapi jenderal juga Qin menolak permintaan itu. Dan sebaliknya, jenderal Qin berjanji akan mengirimkan beberapa utusan untuk membantu mencari serdadu yang hilang tadi tanpa ada campur tangan Jepang. Karena masih curiga dengan Jepang, jenderal Qin diam-diam menghubungi markas pasukan divisi ke-37 pimpinan Feng Zhian untuk mempersiapkan pasukannya. Sekitar jam 4 pagi harinya, China menepati janji mereka dengan mengirimkan utusan untuk menyisir kota Wanping.







Pasukan China di Wanping dan sekitar jembatan 
Marco Polo selama pertempuran terjadi.

 Pasukan Jepang berjaga di Jembatan Marco Polo.

Evakuasi warga sipil dari Wanping.

Beberapa jam sebelumnya, sekitar jam 3 pagi hari 7 Juli, serdadu Jepang yang hilang tadi ternyata kembali ke barak, tetapi informasi ini tidak segera disebarkan. Jepang sudah terlanjur memerintahkan 4 kompi senapan mesin mereka untuk diam-diam mendekati kota Wanping, menunggu aba-aba untuk menyerbu. Sementara para utusan China sibuk mencari serdadu yang hilang itu, Jepang melancarkan penyerbuan besar-besaran ke posisi pasukan China di Wanping. Kendaraan-kendaraan lapis baja yang mengiringi infanteri mencoba menduduki Jembatan Marco Polo. Kolonel Ji Xingwen yang berada di tempat dengan sigap memerintahkan 1.000 orang anak buahnya untuk melakukan serangan balasan ke jembatan itu. Jembatan Marco Polo sempat berpindah tangan beberapa kali pada pertempuran ini, tetapi kemudian China berhasil dipukul mundur dari jembatan Marco Polo. Dimana pada tanggal 9 Juli akhirnya gencatan senjata tercapai setelah 2 hari pertempuran intensif.

Setelah diumumkannya gencatan senjata, petinggi-petinggi dari kedua belah pihak berusaha melakukan negosiasi secara politis untuk mendinginkan situasi. Berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh para jenderal-jenderal militernya, jenderal Masakazu Kawabe, komando pusat garnisun di China, memerintahkan untuk kembali melakukan serangan ke Wanping. Kegilaan jenderal Kawabe malah menjadi-jadi saat ia berusaha memerintahkan satu divisi dari Chosengun Korea, dua brigade dari Kwantung dan satu resimen udara untuk memberikan bala bantuan ke daerah Wanping. Tentu saja perintah ini ditanggapi negatif oleh petinggi negara Jepang, bala bantuan tersebut lalu ditarik kembali.

Pada 12 Juli, Jenderal Kanichiro Tashiro meninggal dunia karena sakit. Jeneral Kiyoshi Katsuki kemudian diangkat menjadi penggantinya. Dengan datangnya bala bantuan yang sempat ditarik kembali beberapa hari sebelumnya, Katsuki langsung memerintahkan untuk kembali menyerbu Wanping pada 14 Juli 1937. Pasukan 29th Route Army kemudian dipukul mundur ke Beiping. Perang sino-Jepang Kedua pun dimulai.

Shimura Kujiro. Nantinya dia akan meninggal 
di Burma pada 1943.

Lalu, bagaimanakah kisah serdadu yang hilang tadi ?
Shimura Kujiro, yang saat itu ikut kegiatan latihan bersama di malam 6 Juli tiba-tiba merasa perutnya sakit dan tanpa izin dari perwiranya langsung kabur ke suatu tempat untuk berak, ia berak di balik semak-semak lebat yang cukup jauh dari area latihan mereka. Shimura Kujiro pergi selama berjam-jam tanpa diketahui oleh satupun teman-temannya. Ia akhirnya kembali melapor ke markasnya pada jam-jam waktu Subuh atau sekitar jam 3 pagi waktu setempat.

Secara tidak langsung, Shimura Kujiro-lah yang memulai Perang Sino-Jepang Kedua. Jutaan nyawa melayang hanya karena seorang tentara... berak.


Pihak Yang Berseteru :
- Jepang
- China

Tempat Kejadian :
Sekitar Sungai Yogding dan Wanping. Distrik Fengtai, Beijing

Tanggal Kejadian :

6-9 Juli 1937, Insiden Jembatan Marco Polo
14 Juli 1937, Bala bantuan Jepang mendarat dan langsung melakukan penyerbuan ke Wanping
20 Juli 1937, Jembatan Marco Polo dan Wanping sepenuhnya diduduki oleh Jepang 
Akhir bulan Juli 1937, Jepang mempersiapkan pasukannya untuk menyerbu Beiping dan Tianjin.


Tembok bagian selatan kota Wanping. Terdapat bekas 
tembakan artileri Jepang yang sengaja tidak di recover untuk dijadikan sebagai memorial. Sementara batu-batu hitam besar yang 
ditulisi tersebut menceritakan tentang terjadinya 
Insiden Jembatan Marco Polo.

Saturday, February 25, 2017

Volkssturm, Hembusan Nafas Terakhir Rezim Hitler


Akhir 1944, Hitler sudah bisa melihat keruntuhan rezimnya yang akan segera datang. Sekutu barat sudah mulai menginjakkan kakinya di bagian barat Jerman, sedangkan Soviet sudah melahap habis Austria.

Hitler mulai panik dan mengorbankan semua yang dimilikinya hanya untuk membendung pergerakan Sekutu. Dengan itu, Hitler segera mengeluarkan dekrit pada 25 September 1944 yang isinya adalah memerintahkan para warga sipil untuk ikut andil dalam pertempuran, sebagai aksi membela tanah air.


Volkssturm, atau dalam artian kasarnya bisa disebut dengan "Serbuan Rakyat". Adalah sebuah Milisi resmi bentukan Wehrmacht (Departemen Angkatan Bersenjata Nazi Jerman).



Ratusan personel Volkssturm melakukan longmarch 
di Berlin dalam kampanye untuk mempromosikan unit Volkssturm.
Berlin, November 1944.

Unit ini terdiri dari warga sipil dengan umur antara 16 sampai 60 tahun yang hampir semuanya direkrut dari wajib militer. Dikarenakan banyak anggotanya yang sudah terbilang "Mbah-Mbah", sampai-sampai ada lelucon populer yang diciptakan oleh tentara Jerman tentang unit ini. Banyak pasukan Nazi Jerman mengakui bahwa unit Volkssturm adalah unit paling berharga milik Nazi Jerman, kenapa begitu ?

Jawabannya "karena banyak anggotanya memiliki perak di kepala mereka dan emas di mulut mereka".


Sebenarnya Volkssturm sudah dibentuk oleh Menteri Propaganda Josef Goebbels jauh-jauh hari sebelum Perang Dunia Kedua pecah. Tetapi Hitler baru memanfaatkan unit ini secara besar-besaran pada tahap akhir perang, terutama pada Pertempuran Berlin.






Seorang tentara berpengalaman dari divisi Grossdeutchland memberikan pelatihan singkat kepada anggota-anggota baru Volkssturm tentang 
penggunaan senapan mesin MG-42. Oktober, 1944.

Dari awal pembentukkannya, Volkssturm dirasa tidak efektif untuk digunakan sebagai unit tempur. Banyak para warga sipil saat itu tidak berminat dalam karir militer, sehingga eksistensi Volkssturm dari tahun ke tahun terus menurun. Oleh karena itu Hitler berniat membangkitkan semangat juang para anggota dengan menempatkan unit ini dibawah komando langsung partai NSDAP dengan Heinrich Himmler sebagai Wakil Komando yang sekaligus menjadi pemasok persenjataan dan supervisor pelatihan.

Mulai pada awal-awal tahun 1944-an, Volkssturm mulai dikenal karena banyaknya partisipan dari warga sipil yang bergabung atau memang terpaksa bergabung dalam barisan Volkssturm karena wajib militer.


Yang unik dari unit ini adalah, mereka tidak diberi seragam, saat bertugas umumnya mereka hanya memakai pakaian sehari-hari dan hanya diberi sebuah armband bertuliskan "Deutcher Volkssturm Wehrmacht", untuk sekedar membedakan antara combatant Volkssturm dan warga sipil biasa. Adapun beberapa anggota juga dimintai memakai seragam kerja mereka saat tugas jika mereka sebelumnya bekerja menjadi PNS.


Sebenarnya banyak varian armband yang dikeluarkan 
untuk Volksstrum, tetapi yang warna merah-hitam-putih seperti 
ini yang paling umum dijumpai.

Pemerintah Jerman telah berusaha mengeluarkan seragam abu-abu lapangan Heer untuk para anggota Volkssturm sebanyak-banyaknya, tetapi dikarenakan masalah biaya dan jumlah anggota yang terlalu membludak, seragam hanya diberikan kepada para perwira dan anggota-anggota lama dari unit ini.

Umumnya, para anggota Volkssturm hanya diberi pelatihan militer dasar saja. Meskipun anggota Volkssturm terdiri dari berbagai macam latar belakang, tetapi semua anggota diberi pelatihan dan instruksi yang sama. Pelatihan tersebut terdiri dari pelatihan infanteri dasar, penguasaan senjata dasar dan penekanan khusus pada pelatihan pertempuran jarak dekat. Faktanya, dalam pelatihan Volkssturm, doktrinasi ideologi lebih dipentingkan daripada pelatihan fisik. 

Kadang kala juga ada kekurangan perwira pelatih karena pertempuran yang terus berlanjut, yang mana biasanya para veteran Perang Dunia Pertama akan diminta menjadi pelatih pengganti. Kadang beberapa dari anggota Hitler-Jugend juga diminta untuk menjadi pembimbing dan bahkan komandan, mengingat mereka telah menerima banyak pelatihan militer sebelumnya.


Seperti biasa, Hitler mengandalkan sumpah untuk memastikan bahwa semua pasukannya setia hidup mati padanya. Tiap anggota Volkssturm akan dilantik setelah mereka mengambil sumpah. Adapun sumpah setia tersebut mempunyai 4 bagian, sekiranya berbunyi seperti ini :


Bagian 1 : "Pertama, kami bersumpah demi nenek moyang kami, kami akan setia, setia pada Fuhrer, seorang utusan Tuhan yang telah dikirimkan pada kami, setia kepada Reich yang telah menyatukan bangsa Jerman yang akan tetap bersatu selama ratusan tahun dan akan terus memimpin Eropa. Setia kepada rakyat dan diri kita sendiri, karena kita adalah elemen yang paling berharga untuk mempertahankan keabadian bangsa Jerman yang mulia "


Bagian 2: "Kami bersumpah taat kepada semua perintah dari Fuhrer dan atasan"


Bagian 3: "Pasukan yang paling kuat adalah sekumpulan orang yang tabah dan percaya diri"



Rekrutan Volkssturm periode pertama mengambil sumpah 
setia mereka kepada sang Fuhrer Adolf Hitler. 
Prussia Timur, November 1944. 


Bagian 4: "Kami telah belajar dari musuh kita, apa yang bisa kita harapkan dari mereka. Kehancuran negara kita, penebangan hutan milik kita, pembubaran perekonomian kita, penghancuran kota-kota kita, mereka membakar desa-desa kita, dan akan membantai rakyat kita. Janganlah pernah berharap untuk menyerah. Jika pada saat komandan percaya dirinya berada di posisi dimana ia harus menyerah, maka peraturan dari Angkatan Laut berlaku untuk Volkssturm: "Ia harus menyerahkan perintah itu pada para pemuda". Karena pemuda kita, memiliki kemauan untuk bertahan.

Untuk urusan senjata, para anggota pangkat bawahan biasanya akan di persenjatai dengan Panzerfaust atau senapan Kar-89k.



Panzerfaust, salah-satu senjata yang paling populer dikalangan pasukan Volkssturm. Selain harga produksinya yang murah, senjata ini cukup efektif digunakan untuk melawan berbagai macam kendaraan tempur, bobotnya yang ringan membuatnya mudah dibawa-bawa. Kekurangan senjata ini adalah hanya bisa digunakan 1x saja (single-use) dan tidak bisa di reload.


Seorang pasukan anti-Tank Jerman memegang sebuah Panzerfaust 30.
Jika diliat dari badge di lengannya, orang ini cukup berpengalaman, 
setidaknya dia sudah pernah menghancurkan 3 
tank musuh dengan tangannya sendiri.


Seorang ibu-ibu partisipan Volkssturm dilatih 
menggunakan Panzerfaust.


Seorang perwira Heer menjelaskan bagaimana cara pengoprasian 
senjata Panzerfaust kepada anak-anak buahnya. 
Front Timur, September 1943.

Sementara para atasan atau anggota lama akan dipersenjatai dengan senjata keluaran baru yang dirancang sedemikian simpelnya untuk menekan biaya produksi. Senjata-senjata ini disebut Volkssturmgewehr. Senjata-senjata Volkssturmgewehr umumnya dikerjakan secara kasar dan menggunakan bahan-bahan sisa pabrik yang tentunya supaya murah dan bisa diproduksi secara masal.


Gusstloff Volkssturmgewehr, salah satu dari 6 produk senapan 
Volkssturmgewehr yang paling banyak dipakai oleh anggota Volkssturm. 
Senjata ini dipercaya sebagai versi "Low-Budget" 
dari senapan serbu STG.44. Senapan ini juga 
dikenal dengan nama MP-507.

Organisasi Volkssturm ini bisa dibilang adalah unit yang paling miskin dalam hal pasokan suplai. Hampir tidak ada retribusi makanan apapun yang dikirim untuk Volkssturm. Ironisnya, kebanyakan perwira Volkssturm malah memerintahkan anak buahnya untuk merampok makanan milik warga sipil dan menjarah gudang-gudang pabrik makanan.

Dengan kondisi kacau seperti ini, banyak anggota Volkssturm kemudian mencabut armband mereka lalu menyamar sebagai warga sipil yang mengungsi untuk melewati pos pemeriksaan. Beberapa lainnya malah memilih untuk menyerah pada sekutu, atau bahkan membelot.


Bagaimanapun juga, pihak Soviet maupun Sekutu barat mengakui bahwa mereka cukup kewalahan menahan serangan pasukan Volkssturm, pasukan Volkssturm kadang justru lebih mempunyai keberanian dan jiwa patriotisme daripada tentara SS atau Wehrmacht pada umumnya, mungkin karena fanatisme yang terus ditanamkan oleh para perwira mereka saat menjalani pelatihan.

Pertempuran Berlin adalah salah-satu keterlibatan Volkssturm yang paling terkenal dan yang paling akbar. Awal April 1945, 5.000 anak-anak Volkssturm dan Hitler-Jugend bergabung untuk mempertahankan Jembatan Sungai Havel di bagian utara Berlin. Mereka diperintahkan untuk menahan ofensif Soviet sampai pasukan Jenderal Wenck datang untuk menggantikan posisi mereka. Setelah hampir 1 minggu pertempuran, dari 5.000 anak-anak tadi kini hanya tersisa 500. Anak-anak ini dikorbankan hanya untuk memberikan beberapa hari masa hidup untuk Hitler.


Sementara itu, ada satu unit Batalion Volkssturm yang "tidak biasa". Bernama 3/115 Siemendtsat Batallion, memiliki 770 anggota yang mayoritas adalah veteran Perang Dunia Pertama yang berpengalaman. Tak seperti kebanyakan unit Volkssturm, unit ini adalah yang paling terlatih dan mungkin paling elit dalam hal persenjataan dan suplai. Batalion ini dibagi menjadi 3 kompi pasukan penyerbu, 1 kompi pasukan pendukung, 1 kompi senjata berat yang dilengkapi dengan 4 buah pucuk artileri Howitzer M-20 milik Soviet dan sebuah mortir kaliber 220 mm De Bange milik Perancis.


Terlibat dalam pertempuran pertamanya melawan pasukan Soviet di Friedrichsfelde pada tanggal 21 April dan tetap bertahan sampai 2 hari pertempuran yang berat. Batalion ini hanya bisa menahan seragan sampai 2 Mei, dimana saat itu hanya tersisa 50 pasukan penyerbu dan 1 pucuk senapan mesin ringan. Akhirnya, sisa-sisa dari pasukan ini akhirnya bergabung dengan unit Volkssturm lain.


26 orang anggota dari unit 3/115 Siemendtsat Batallion akhirnya dianugerahi medali Eisernes Kreuze.


Bisa dilihat kembali beberapa waktu sebelumnya, Volkssturm juga terlibat dalam beberapa pertempuran intensif disekitar Breslau, Sungai Oder dan terutama Prussia Timur dan Sungai Rhine. Saking kuatnya pertahanan Volkssturm di Rhine, pasukan 19. Armee Wehrmacht bergantung pada unit ini, sampai-sampai dijuluki 19. Volkssturm-Armee.





Beberapa anggota Volkssturm dengan senapan mesin MG-42 
membangun basis pertahanan kecil di
 sungai Oder. 15 Februari, 1945.


Beberapa anggota Volkssturm berjaga di parit-parit 
pertahanan mereka. Prussia Timur, Januari 1945.

Wilayah jangkauan Volkssturm berakhir di Danzig, Polandia. Mekipun begitu, masih banyak kantung-kantung pertahanan Volkssturm yang tersebar di wilayah Polandia. 

Misalnya di Kustrin, dimana pasukan Volkssturm habis-habisan memukul mundur ofensif Soviet selama hampir 2 bulan. Sementara itu di Breslau, 25.000 personel Volkssturm dibantu dengan beberapa Resimen dari divisi Hitler-Jugend dan sisa-sisa dari divisi SS-Besslein terus mempertahankan kota dari Februari sampai bulan Mei 1945. 


Suasana cukup mencekam di Breslau, kota tersebut berulang kali berpindah tangan selama pertempuran terjadi. Pada minggu pertama bulan Maret 1945, Volkssturm sempat dipukul mundur dari pusat kota, membuat pertahanan mereka tercerai berai dan tidak karuan. Tetapi pertahanan Jerman masih cukup kuat disini, bahkan banyak dari tentara SS maupun Volkssturm yang tersisa bersembunyi di gorong-borong dan mencoba mempraktekkan perang Gerilya, hal ini memaksa pasukan Soviet untuk ikut turun menyusuri gorong-gorong diseluruh kota hanya untuk menangkap sisa-sisa pasukan Jerman yang masih bertahan.




Pangkat Dalam Organisasi Volkssturm

Tak seperti organisasi militer Jerman lain yang mempunyai banyak rantai pemangkatan, Volkssturm hanya memiliki 5 tingkatan pangkat. Mungkin untuk mempermudah proses klarifikasi dan penyebaran unit.


Batallionsfuhrer (Komando Batalion, pangkat tertinggi Volkssturm)

Kompaniefuhrer (Komando Kompi)
Zugfuhrer (Komando Pleton)
Gruppenfuhrer (Komando Regu)
Volkssturmann (Combatant Individual, pangkat terendah Volkssturm)


Anggota-Anggota Terkenal :



Ernst Tiburzy

Mungkin hanya orang ini saja lah diantara ribuan anggota Volkssturm yang paling berprestasi. Lahir pada 26 Desember 1911 dan tutup usia pada 14 November 2004 lalu. Adalah seorang Battalionsfuhrer (Komando Batalion) yang ditugaskan di daerah Konisgberg.


Dianugerahi medali Ritterkreuze Des Eisernes Kreuze setelah dengan sendirian menghancurkan 5 tank T-34 milik Soviet pada 10 Februari 1945. Dia adalah salah-satu dari 4 orang anggota Volkssturm yang paling berprestasi.



Otto Dix




Otto Dix adalah seorang veteran Perang Dunia Pertama dan Kedua, dan sekaligus adalah seorang pelukis terkemuka Jerman. Lahir pada 2 Desember 1891 dan meninggal pada 25 Juli 1969.

Pada 1939, Dix sempat di ciduk aparat kepolisian Nazi Jerman karena diduga mempunyai hubungan dengan gerakan anti-Hitler, tetapi dibebaskan karena ternyata hanyalah tuduhan palsu.


Pada akhir perang, Dix menjalani wajib militer dan bergabung dengan Volkssturm. Dix pada akhirnya ditangkap oleh pasukan Perancis dan dibebaskan pada tahun 1946. Setelah di bebaskan, Dix kembali ke kampung halamannya dan meneruskan karya-karya lukisannya.



Hans Mondrow



Lahir di Jasienica, Polandia pada 27 Januari 1928. Bergabung dengan Volkssturm karena wajib militer, yang kemudian dia ditangkap Sekutu sampai pembebasannya pada 1949. 

Setelah perang, ia pindah ke Jerman Timur dan bergabung dengan Partai Komunis setempat. Sampai saat ini, ia masih menjadi politikus berhaluan Kiri.

Saturday, January 7, 2017

Pertempuran Pulau Kiska, Salah-satu Insiden Friendly Fire Terburuk Dalam Sejarah Perang Dunia Kedua


Pertempuran Pulau Kiska, atau "Operation Cottage", adalah operasi penyerbuan terakhir dari kampanye Kepulauan Aleutian yang diselenggarakan oleh pasukan Sekutu. Operasi ini bertujuan untuk mengakhiri kependudukan Jepang ditanah Amerika.



Pasukan Jepang di pulau Kiska.

Merah : Pendaratan pasukan Amerika (15 Agustus)
Kuning : Pendaratan pasukan Kanada (16 Agustus)

Pulau Kiska, adalah pulau kecil yang terletak dalam kelompok Rat Islands dalam Kepulauan Auletian, Alaska. Pulau ini mempunyai luas sekitar 277.7 Km persegi dan mempunyai titik tertinggi 1.220 meter, dimana gunung berapi Kiska berada.

Sebenarnya, Pulau Kiska ini tidak begitu menarik. Pulau ini sangatlah kecil dan terletak disekitar Alaska, sehingga udaranya relatif dingin dan jarang ada tumbuhan atau binatang yang hidup ditempat ini. Satu-satunya bangunan di pulau ini adalah gedung fasilitas pemantau cuaca milik pemerintah Amerika Serikat. Sebelum Jepang menduduki pulau ini, Kiska hanya ditempati oleh 12 orang yang semuanya adalah petugas dari fasilitas cuaca tersebut (ditambah dengan satu ekor anjing bernama "Explosion" milik salah-satu petugas).


Fasilitas pemantau cuaca milik Amerika di pulau Kiska.

Jepang dibawah komando Kapten Takeji Ono mendaratkan 500 personel militernya dipulau ini pada 7 Juni 1942, yang mana mereka langsung melakukan seragan ke gedung fasilitas cuaca di pulau tersebut. 2 orang diantaranya tewas dan 7 orang petugas ditangkap. Sementara sisanya berhasil melarikan diri. 

Pada bulan desember ditahun yang sama, Jepang kembali memperkuat pertahanannya dengan mengirimkan 2.000 infanteri dan beberapa perangkat pertahanan lainnya seperti Artileri dan senjata AA-Gun. Selain hal-hal kemiliteran, warga dipil juga dibuatkan pemukiman di pulau ini. Ada sekitar 5.000 orang warga sipil Jepang yang bermukim disini.

Pasukan Jepang yang bertugas disini jarang sekali mendapatkan provokasi dari pasukan Sekutu dan tidak pernah ada pertempuran secara langsung disekitar daerah tersebut selama kependudukan Jepang. Sehingga para tentara ini bisa dibilang "nganggur". Untuk menghabisakan waktu luang, biasanya pihak militer Jepang mengadakan pentas seni dan lomba bersama warga sipil.


Poster tentang acara memancing yang diselenggarakan 
oleh pasukan Jepang untuk menghabiskan waktu luang.

Karena dianggap tidak terlalu menguntungkan, pasukan dan warga Jepang yang berada di pulau Kiska kemudian diperintahkan untuk segera meninggalkan pulau tersebut pada awal bulan Juli 1943. Mereka juga diperintahkan untuk meninggalkan semua benda militeris ditempat itu.

15 Agustus 1943, Sekutu mendaratkan pasukannya dan menduduki pulau Kiska yang sebelumnya adalah tanah jajahan milik Jepang yang sudah sejak 1942 ditempati. Operasi ini diawali dengan rentetan tembakan coastal dari kapal-kapal perang sekutu untuk memberikan sedikit "guncangan" pada pertahanan di pesisir pantai, ditambah lagi pesawat-pesawat bomber milik sekutu yang tidak henti-hentinya melakukan mengeboman ke pulau ini.






Pendaratan pasukan Amerika di pulau Kiska.

2 tentara Kanada menunjukan bendera Jepang yang mereka 
temukan di barak bekas tentara Jepang.

Seorang perwira sekutu menginspeksi sebuah meriam 
artileri milik tentara Jepang, Agustus 1943.


Setelah berjam-jam menyerang dari air dan udara, tentara Amerika mendapati sama sekali tidak ada respon dari pihak Jepang, Amerika kemudian memanfaatkan kondisi ini untuk menerjunkan pasukannya menggunakan kendaraan amfibi. Setidaknya 34.000 personil infanteri Sekutu diterjunkan pada hari pertama operasi ini.

Alih-alih menghabisi musuh, tentara Sekutu yang mendarat langsung kebingungan karena ternyata pulau tersebut kosong dan tidak ada seorangpun disana. Awalnya, tentara Amerika mengira pasukan Jepang sedang bersembunyi. Baru diketahui beberapa bulan kemudian ternyata Jepang telah meninggalkan pulau tersebut sejak 2 minggu sebelum pendaratan Sekutu.

Selama hari-hari pertama pendaratan, pulau ini diselimuti kabut tebal sehingga para tentara tidak bisa melihat apapun disekitar mereka. Ini membuat pasukan Amerika was-was dan khawatir musuh akan melakukan serangan tiba-tiba. 

Keesokan harinya, pasukan Kanada kemudian diterjunkan di tempat yang berlawanan dengan posisi pasukan Amerika di pulau tersebut. Karena kurangnya informasi akan datangnya bala bantuan, pasukan dari kedua belah pihak sama-sama mengira satu sama lain sebagai musuh. Lalu terjadilah baku tembak serius yang menyebabkan total 32 orang meninggal dan setidaknya 180 orang terluka parah.

Sementara itu, kapal perang Amerika USS Abner Read hancur terkena ranjau laut yang menyebabkan 71 kru-nya meninggal dunia dan 47 orang luka parah.


Kapal Penghancur USS Abner Read yang rusak parah
akibat ranjau laut.

Kapal USS Abner Read dibawa ke galangan di 
daerah Adak, untuk direparasi.


Pihak Yang Berseteru : Amerika Serikat - Jepang
Tanggal : 15 Agustus, 1945
Tempat : Pulau Kiska, Alaska

Komando :
- Amerika serikat : Charless Corlett
- Kanada : E.A Potts
- Jepang : Takeji Ono

Kekuatan :
- Amerika Serikat : 7th Infantry Division
- Kanada : 6th Infantry Divison
- Jepang : - 

Korban Jiwa : 300 total (semuanya dari pihak sekutu), kapal sekutu USS Abner Read rusak parah.

Hasil Akhir : 
- Kemenangan Sekutu
- Kembalinya pulau Kiska ketangan Amerika Serikat
- Jepang membantai pasukan Sekutu (tanpa menyentuh mereka)





Thursday, January 5, 2017

Anschluss, Apa Itu ?

Anschluß (dibaca : Anschluss) atau yang mempunyai arti harfiahnya "Bergabung", adalah peristiwa dimana Nazi Jerman meng-aneksasi keseluruhan wilayah Austria untuk bergabung menjadi satu kesatuan negara yang bernama Grossdeutschland, atau "Jerman Raya".

Beberapa tentara Jerman dan polisi Austria 
berusaha mencabut palang perbatasan 
Jerman-Austria sebagai 
simbol kebersamaan dan persatuan.

Memang, sejak berakhirnya Perang Dunia Pertama, Austria sudah ngebet ingin bergabung dengan Jerman. Begitupun sebaliknya, Hitler yang berdarah asli Austria juga ingin mempersatukan kedua negara, karena Hitler berkeyakinan bahwa orang Jerman dan Austria adalah sama-sama bangsa Arya, hal ini sudah dijelaskan di dalam buku Mein Kampf yang ia tulis. Dikarenakan Perjanjian Versailles-lah, mimpi ini tidak pernah terwujudkan sampai pada Hitler naik ke tampuk kekuasaan.


"Grossdeutschland"

Partai Nasionalis-Sosialis Austria gagal mendapatkan kursi di pemilu legislatif pada 40 November 1930, tetapi popularitas partai tetap meningkat seiring terpilihnya Adolf Hitler sebagai kanselir Jerman pada 1933. Ide "Lebensraum" Hitler juga telah mempengaruhi rakyat Austria.

Bertahun-tahun, Nazi Jerman telah memberikan dukungan penuh pada partai Nasionalis-Sosialis Austria untuk segera merebut pemerintahan yang nantinya supaya proses aneksasi berjalan lancar dan cepat. Disini Partai Nasionalis-Sosialis Austria membuat kerusuhan besar-besaran diseuluruh Austria dibawah perintah Hitler.

Pada 25 Juli 1934, Engelbert Dollfuss, kanselir Austria dibunuh oleh beberapa anggota partai Nasionalis-Sosialis Austria dalam aksi kudeta yang gagal, beberapa dari pelaku pembunuhan ditangkap dan dihukum mati. Setelah itu banyak anggota partai yang melarikan diri ke Jerman dan bergabung dengan NSDAP (Partai Nasonalis-Sosialis Jerman/Nazi), sisa-sisa anggota partai Nasionalis-Sosialis Austria yang masih berada di Austria terus melakukan serangan terorisme terhadap lembaga pemerintahan Austria.

Setelah terpilihnya Kurt Schuschnigg sebagai kanselir pengganti Dollfuss, Kurt langsung turun tangan menebas habis para perusuh Nasionalis-Sosialis. Yang pada akhirnya partai Nasionalis-Sosialis Austria dibubarkan dan para anggotanya ditahan. Tetapi sisa-sisa pendukung partai masih berkeliaran menuntut agar para anggota dibebaskan, pasukan Kurt pun tidak bisa membendung massa yang terus mengamuk. Ditambah lagi boikot oleh pemerintah Jerman terhadap Austria yang membuat ekonomi Austria terganggu untuk sementara waktu.

Karena kekacauan yang makin meningkat, Hitler mengadakan pertemuan dengan Kurt Schuschnigg. Hitler mengancam akan menyerbu Austria kecuali Schuschnigg membebaskan para anggota partai Nasionalis-Sosialis dan memberikan semua kursi parlemen pada anggota partai tersebut. Schuschnigg mau tidak mau menyetujui ancaman Hitler dan mengangkat salah-satu anggota partai Nasionalis-Sosialis Austria, Arthur Seyss, menjadi menteri dalam negri.



Warga Wina tumpah ruah kejalanan 
untuk menyambut Adolf Hitler.



Setibanya ia di kota Wina, Adolf Hitler langsung 
menyempatkan diri bertemu dengan Arthur Seyss.

Adolf Hitler mengunjungi kampung halamannya di 
Braunau Am Inn, 14 Maret 1938.

Schuschnigg yang takut akan ancaman Hitler lalu meminta pertolongan pada Perancis dan Inggris, tetapi keduanya menolak untuk membantu Austria. Sementara itu partai Nasonalis-Sosialis Austria segera mengambil tempat di pemerintahan, Arthur Seyss kemudian memberikan jalan masuk kepada pasukan Hitler ke Austria untuk memulihkan ketertiban.

Lembaran poling pemilihan yang diselenggarakan pada 10 April 1938 
oleh pemerintah Austria sebagai upaya akhir 
untuk membendung rencana 
aneksasi yang dilakukan oleh rezim Hitler. 

Semakin panik dan putus asa-lah Schuschnigg, ia memutuskan untuk mengadakan pengambilan suara secara demokratis sebagai jalan akhir Kurt untuk mempertahankan kedaulatan negaranya. Ternyata 99.7% dari keseluruhan warga Austria yang memberikan suara setuju untuk bergabung dengan Nazi Jerman. Akhirnya Kurt tidak punya pilihan lain selain mundur dari jabatannya dan menyerah pada tentara Jerman.

Selama Perang Dunia Kedua, Austria menjadi bagian dari Nazi Jerman. Sampai pada keruntuhan rezim Adolf Hitler pada 1945, Austria kembali menjadi negara independen. Tetapi baru diakui merdeka secara total pada 1955.